Gerakan Doa Imakulata: Lima Tahun Berdevosi untuk Perdamaian Indonesia

Gerakan Doa Imakulata Jakarta (GDI Jakarta) menyelenggarakan Misa Syukur Jubilium Gerakan Doa Imakulata. Misa ini juga diselenggarakan sebagai bagian dari Peringatan ke 105 Penampakan Bunda Maria di Fatima, Sabtu 15 Oktober 2022 di gereja Santa Chatarina, Taman Mini Indonesia Indah.
Pada perhelatan yang agung ini juga bertepatan dengan Peringatan Wajib Santa Teresa dari Avilla. GDI Jakarta juga meng-konsekrir Monumen Maria Fatima, Kota Jakarta dan segenap keluarga beriman di Paroki Lubang Buaya, Gereja Kalvari.
Dalam ragkaian acara HUT ke lima GDI Jakarta ini diawali dengan prosesi mengarak patung bunda Maria mengelilingi enam tempat ibadah agama dan kepercayaan yang ada di Taman Mini Indonesia Indah. Patung Bunda Maria secara khusus dibuatkan tandu dan dipikul oleh empat umat dan lengkap dengan payung yang terus mengiringi.
Sepanjang perjalanan perarakan, umat beserta Pastor Paroki Lubang Buaya, Gereja Kalvari Romo Johan Ferdinand Wijshijer dan Vikaris Episkopalis KAJ, Romo Edi Mulyono, menyanyikan lagu Bunda Maria Imakulata. Nampak bergabung dalam barisan umat yang mengular mengelilingi tempat-tempat ibadah tersebut adalah para anggota TNI dari tiga matra, Darat Laut dan Udara.
Perarakan yang start dari monumen Santa Maria Imaculata dan berakhir di halaman gereja Santa Chatarina juga disiarkan secara langsung oleh Komsos Kalvari melalui kanal Youtube Komsos Kalvari.
Sementara dalam misa yang disesenggarakan secara konselebrasi oleh dua pstor, yakni Pastor Paroki Lubang Buaya Gereja Kalvari, Romo Johan Ferdinand Wijshijer dan Vikaris Episkopalis KAJ, Romo Edi Mulyono.
Dalam khotbahnya Romo Edi Mulyono merasakan ada nuansa baru dalam mengikuti perarakan Bunda Maria. Tidak ada di tempat lain selain di TMII yang bisa melakukan perarakan dengan mengelilingi 5 (lima) tempat – tempat ibadah dari berbagai agama dan kepercayaan kepada Tuhan YME.
Menanggapi khusuknya umat dalam mengikuti perarakan keliling Tempat-tempat ibadah berbagai agama, Romo Edi menilainya sebagai ungkapan iman kerakyatan. Yakni iman yang bangkit karena kasih kepada Bunda Maria. Semua unsur golongan umat bersatu, dari sipil hingga para anggota TNI yang berseragam Pakaian Dinas Upacara (PDU). Gambaran bersatunya umat tersebut, dikatakannya, sebagai ungkapan iman dengan mencintai Tuhan dan sekaligus mencintai negara dan bangsa.
Pada bagian lain khotbahnya Romo Edi Mulyono menjelaskan tentang daya iman orang Katolik. Menurutnya daya iman orang Katolik itu siap mati untuk orang lain, bukan siap untuk membunuh. Orang Katolik juga siap hidup untuk melayani orang lain atau berkorban untuk orang lain demi cinta kasih.

Apa itu GDI?
Gerakan Doa Imakulata atau GDI punya nama latin Grupo da Imaculada. Grupo da Imaculada(GDI) adalah kelompok awam yang ini didirikan pada bulan Desember 1984 di Portugal dan diakui secara kanonik oleh Uskup Leiria – Fatima, Dom Serfaim de Sousa Ferreira w Silva.
“Kelompok ini terbentuk karena adanya penyelenggaraan illahi melalui Maria das Candeias Martins Morgado dalam permenungannya pesan Bunda Maria kepada Santa Lucia dalam penampakan yang kedua di Fatima, 13 Juni 1917,” kata Anastasia Promosiana Koordinator GDI Jakarta kepada BeKaL.
“Yesus ingin membangun devosi kepada Hati Maria Tak Bernoda di seluruh dunia”. Pesan tersebut yang mendasari Maria das Candeias untuk membentuk kelompok GDI.”
Maria das Candeias dalam sepanjang hidupnya dikenal sebagai orang sangat setia, mempunyai semangat yang luar biasa, dan tidak pernah berkecil hati ketika menghadapi kesulitan yang besar.
Maria das Candeias Martins Morgado, pendiri GDI lahir di Aldeia Nova de S. Bento, Dioses Beja, 5 September 1924, dipermandikan 16 November 1924 dan menerima Komuni Pertama pada 6 Mei 1933. Sejak kecil dia sudah menunjukkan rasa cintanya yang sangat besar kepada Yesus dan Hati Maria Tak Bernoda. Dia melepaskan masa-masa bahagia dalam usia remajanya, dengan lebih merenungkan keajaiban dan kebesaran Tuhan.

Dia mempersembahkan masa remajanya kepada Tuhan. Seluruh masa remajanya dan remaja merupakan contoh nyata penyerahan diri kepada Tuhan. Mengabdikan kepada Injil, Doktrin dan Ajaran Gereja, dia bekerja tanpa lelah untuk Tuhan, dia terus-menerus menyalakan keselamatan bagi banyak jiwa.
Dikutip dari berbagai sumber, kemurnian yang sempurna, kepolosannya yang hampir kekanak-kanakan adalah penyebab kekaguman. dia selalu merasakan bahwa tidak pernah ada cukup waktu untuk berdoa, bermeditasi dan mempersiapkan kegiatan apostolik dan misionaris GDI.
Tuhan memanggilnya pada tanggal 20 Agustus 2003, pada peringatan St. Bernardo dari Claraval, yaitu santo dimana Maria das Candeias berdevosi. Maria das Candeias dimakamkan pada hari peringatan Queenship of Mary, 22 Agustus
Selain spiritualitas penampakan kedua Bunda Maria di Fatima tersebut, juga berdasarkan dua sipritualitas: 1) Penampakan Malaikat kepada tiga Gembala (Yacinta, Fransico dan Lucia) berpesan agar menghibur dan melakukan silih kepada Hati Yesus dan Maria, dan memberikan Tubuh dan Darah Kristus kepada ketiga gembala; dan 2) Penampakan keenam Bunda Maria pada tanggal 13 Oktober 1917, di mana Bunda Maria menyebut dirinya sebagai “Ratu Rosario” dan yang diikuti juga penampakan Keluarga Kudus Nasaret.
Berlatarbelakang spiritualitas iman tersebut, Paguyuban GDI yang merupakan gerakan awam mengaktualisasikan karismanya berpusat pada pesan penampakan Maria di Fatima tanggal 13 Juni 1917. Paguyuban ini hendak memastikan pesan-pesan Maria dalam penampakan 105 tahun lalu agar tetap dilaksanakan oleh semakin banyak orang.
Cita-cita ini diwujudkan dengan mempersembahkan diri bagi Hati Maria Tak Bernoda dan membangun Monumen kecil sebagai lambang konsekrasi kota setempat. Sebagai tindakan nyata konsekrasi pribadi pada Hati Maria Tak Bernoda diwujudkan dengan berdoa rosario setiap hari yang diintesikan untuk perdamaian dunia, keselamatan jiwa-jiwa di api pencucian, dan keselamatan keluarga, mengikuti devosi Sabtu Pertama dengan merayakan ekaristi, pengakuan dosa dan meditasi 15 menit peristiwa-peristiwa rosario sebagai silih bagi Hati Maria Tak Bernoda.

Gerakan Doa Imakulata – Jakarta berdiri pada momentum khusus, seperti dituturkan Nana – sapaan Anastasia Promosiana- terbentuk tanggal 13 Oktober 2017 bertepatan dengan peringatan 100 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima.
“Bersamaan dengan tanggal itu juga dibangun Monumen Maria Fatima di Taman Mini Indonesia Indah. Setiap peringatan ulang tahun GDI – Jakarta dilakukan rangkaian kegiatan : Konsekrir Kota Jakarta, negara Indonesia dan keluarga serta pemberkatan Monumen Maria Fatima,” ucapnya.
Hingaa perjalanan waktu mencapai lima tahun, Jumlah anggota tidak dapat dihitung secara matematika, namun dapat diperkirakan di atas 800-an (berdasarkan jumlah skapulir yang selalu diberikan kepada umat yang baru pertama kali hadir).
Dengan penyiaran secara online melalui kanal Youtube Komsos Kalvari, menurut Nana, diyakini devosan Bunda Maria Hati Tak Bernoda mengalami pertumbuhan. Sementara Kader aktif GDI berjumlah 50 an yang mempunyai tugas untuk menyebarluaskan Gerakan Doa Imakulata (GDI).
Penanda Jubilium GDI tahun ini masih fokus pada kegiatan yang sifatnya rohani dan bertekad menjadi suatu gerakan yang semakin mengasihi, semakin peduli, dan semakin bersaksi. (BES/INA)
