Meneladani St. Fransiskus: Mgr. Paskalis Syukur Tolak Pengangkatan Kardinal

Mgr. Paskalis Bruno Syukur, O.F.M., Uskup Keuskupan Bogor, adalah seorang pemimpin gereja yang dikenal karena kerendahan hati dan dedikasinya pada pelayanan umat. Sebagai anggota Ordo Fransiskan, ia hidup dalam kesederhanaan dan pelayanan tanpa pamrih. Diangkat sebagai Uskup Bogor pada 22 November 2013, Mgr. Paskalis menunjukkan kepemimpinan yang berfokus pada pastoral sosial, dialog antaragama, dan pendidikan.
Kehidupan dan Pengabdian Fransiskan
Lahir di Ruteng, Flores, pada 17 September 1962, Mgr. Paskalis menempuh jalur pendidikan di seminari menengah Pius XII Kisol dan bergabung dengan Ordo Fransiskan pada tahun 1982. Setelah ditahbiskan sebagai imam pada 2 Februari 1991, ia melayani di berbagai bidang, termasuk sebagai pembina seminari dan pemimpin komunitas Fransiskan. Sebelum menjadi uskup, ia juga pernah menjabat sebagai Minister Provinsial Ordo Fransiskan di Indonesia, memperkuat komunitas Fransiskan dengan kepemimpinan yang penuh dedikasi dan kerendahan hati.
Kepemimpinan di Keuskupan Bogor
Sebagai Uskup Bogor, Mgr. Paskalis memprioritaskan pelayanan di bidang sosial, dialog lintas agama, dan perhatian terhadap lingkungan. Keuskupan Bogor, yang mencakup wilayah multikultural di Jawa Barat dan Banten, membutuhkan pemimpin yang mampu menjalin hubungan harmonis di tengah keberagaman agama dan budaya. Mgr. Paskalis aktif mendorong dialog antaragama dan bekerja sama dengan pemimpin agama lain untuk menciptakan kerukunan.
Penolakan Tawaran Kardinal
Pada 6 Oktober 2024, Paus Fransiskus mengangkat Mgr. Paskalis untuk menjadi kardinal bersama 21 kardinal dari seluruh dunia, usai doa malaikat Tuhan. Namun, dengan penuh kerendahan hati, Mgr. Paskalis menolak tawaran tersebut. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa keinginannya adalah untuk “terus bertumbuh dalam kehidupan imamat,” dan fokus pada pelayanan langsung kepada umat di Keuskupan Bogor. Keputusan ini mencerminkan dedikasi Fransiskan yang kuat dalam hidupnya, yaitu untuk hidup sederhana dan mengutamakan pelayanan daripada posisi tinggi dalam hierarki gereja.
Paus Fransiskus menerima penolakan tersebut dengan penuh pengertian, menghormati keputusan Mgr. Paskalis untuk melanjutkan pelayanannya yang rendah hati di Indonesia. Keputusan ini menjadi simbol keteladanan bagi para pemimpin gereja di seluruh dunia tentang makna kepemimpinan sejati, yang menempatkan pelayanan umat di atas kehormatan pribadi.
Maka, jumlah kardinal yang akan diangkat pada 7 Desember mendatang akan berjumlah 20 orang setelah penolakan Mgr. Paskalis.
Teladani St. Fransiskus Asisi
Keputusan Mgr. Paskalis untuk menolak jabatan kardinal menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia menunjukkan bahwa panggilan utama seorang pemimpin gereja adalah melayani umat, bukan mencari kehormatan atau kekuasaan. Sikapnya yang rendah hati dan penuh cinta kasih terus membimbing umat Keuskupan Bogor, yang melihatnya sebagai sosok gembala yang setia.
Sebagai seorang Fransiskan, ia menjalani hidup dalam kesederhanaan, meneladani semangat St. Fransiskus dari Assisi, yang selalu mengutamakan cinta kasih, perdamaian, dan perhatian terhadap mereka yang miskin dan tersisih. Warisannya sebagai uskup yang rendah hati, sederhana, dan penuh kasih akan dikenang oleh umat Katolik di Indonesia.
3 Kardinal di Indonesia
Kardinal pertama Indonesia adalah Mgr. Justinus Darmojuwono, yang diangkat pada tahun 1967 oleh Paus Paulus VI. Saat itu, Mgr. Darmojuwono adalah Uskup Agung Semarang, dan ia memegang jabatan kardinal hingga wafatnya pada 1994. Setelahnya, Mgr. Julius Darmaatmadja, S.J., yang juga Uskup Agung Semarang, diangkat menjadi kardinal pada tahun 1994. Beliau menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta hingga 2010.
Pada tahun 2010, Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, yang menjadi Uskup Agung Jakarta, diangkat sebagai kardinal pada 2019 oleh Paus Fransiskus. Hingga saat ini, Mgr. Suharyo tetap menjabat sebagai satu-satunya kardinal aktif dari Indonesia. Keberadaan seorang kardinal dari Indonesia mencerminkan pengaruh dan kontribusi Gereja Katolik Indonesia di kancah global, terutama dalam Konsistori, yaitu pertemuan para kardinal untuk membantu paus dalam tugas-tugas penting gereja.
Dengan demikian, meskipun Indonesia adalah negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, kehadiran kardinal-kardinal dari negara ini menunjukkan peran aktif Gereja Katolik di tanah air dalam dialog antaragama, pendidikan, dan pelayanan pastoral.
Untuk informasi lebih lanjut tentang penolakan Mgr. Paskalis menjadi kardinal, kunjungi Vatican News.